Salah satu tradisi yang sudah tersebar di seluruh penjuru dunia adalah merayakan ulang tahun dengan kue serta meniup lilin. Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa harus ada kue ulang tahun dan mengapa harus ada acara tiup lilin?
Tradisi yang diadakan sekali dalam setahun dalam memperingati hari lahir seseorang memang tidak diketahui secara pasti dari mana asalnya. Tetapi, terdapat beberapa teori yang mungkin bisa menjelaskan mengapa ada tradisi meletakkan lilin di atas kue dan apa maknanya.
Asal Mula Tradisi Kue dan Lilin Ulang Tahun
Ada cerita yang mengatakan bahwa tradisi memakan kue dan meniup lilin saat ulang tahun dimulai di Jerman pada abad ke-18. Tradisi ini dilakukan untuk merayakan ulang tahun anak dan dipercaya sebagai cara untuk melindungi jiwa anak-anak. Beberapa cerita yang lain menyebutkan bahwa tradisi meniup lilin berasal dari kultus yang berhubungan dengan dewi Artemis, di Yunani kuno, yang dilakukan dalam rangka memperingati kelahirannya.
Cara merayakan ulang tahun bisa berbeda-beda, tergantung dengan budaya setempat dan juga zaman. Kue ulang tahun memang menjadi tradisi yang bisa dibilang universal, tapi di Jawa misalnya, perayaan ulang tahun identik dengan hidangan Nasi Tumpeng, atau di Korea Selatan, misalnya, perayaan ulang tahun selalu memiliki hidangan khusus yaitu Sup Rumput Laut. Di Tiongkok, mereka cenderung menyiapkan roti yang terbuat dari tepung dan gandum yang diisi dengan pasta teratai. Di Belanda, mereka menyiapkan kue tar buah dengan krim.
Namun, ketika bicara tentang tradisi kue ulang tahun dan lilin, semua orang akan setuju bahwa perayaan ulang tahun umumnya dilakukan dengan memasang satu atau beberapa lilin di atas kue atau camilan manis. Jumlah lilin yang dipasang melambangkan jumlah tahun dari hidup orang yang dihormati. Orang ini juga nantinya yang harus meniup lilin setelah membuat permintaan, demi memenuhi keinginan atau meniup lilin saat mengakhiri perayaan.
Zaman Dulu, Kue Manis Hanya Dibuat Untuk Ulang Tahun Orang-orang Tertentu
Penggunaan kue ulang tahun adalah kebiasaan di Roma Kuno, tetapi dahulu, kue disajikan dalam bentuk kue bolu bundar yang pipih. Barulah pada abad ke-15, di Jerman, toko roti mulai memproduksi kue lapis tunggal untuk merayakan ulang tahun pelanggan.
Selama abad ke-17, kue lapis muncul untuk dikonsumsi orang-orang dari kelas atas. Setelah revolusi industri, produksi kue lapis menyebar ke semua kelas sosial. Dan pada pertengahan abad ke-19, kue lapis mulai menjadi bagian dari perayaan ulang tahun di beberapa negara Eropa.
Tiup Lilin dan Perayaan Ulang Tahun Hanya Untuk Dewa & Pahlawan Yunani
Di Mesir kuno, pesta ulang tahun adalah acara eksklusif untuk keluarga kerajaan. Kebiasaan ini pun diadaptasi oleh orang Yunani, dan digunakan sebagai perayaan hari ulang tahun dewa mereka. Perayaan yang paling populer adalah perayaan Dewi Artemis, di mana setiap hari keenam di setiap bulan, akan dibuat kue-kue yang dihiasi dengan lilin yang menyala untuk memujanya. Seiring berjalannya waktu, ritual tersebut juga menjadi bagian dari perayaan ulang tahun para pahlawan dan bangsawan di Yunani.
Tiup Lilin dan Pesta Ulang Tahun Untuk Mengusir Roh Jahat
Ritual membakar lilin dapat dikaitkan dengan ritus kuno tertentu, yang menggunakan api untuk mengusir roh jahat. Diperkirakan, bahwa roh-roh jahat ini cenderung mengunjungi orang-orang selama hari ulang tahun mereka, jadi orang-orang sekitar harus menghibur orang yang sedang berulang tahun, membuat suasana ramai dan gembira, demi melindungi orang yang ulang tahun dari serangan roh-roh jahat.
Orang Jerman mengadopsi tradisi meniup lilin pada hari ulang tahun anak-anak untuk melindungi jiwa anak-anak. Pada abad ke-18 di negara Jerman, kebiasaan meniup lilin untuk merayakan ulang tahun anak menjadi meluas di masyarakat. Setiap kali seorang anak berusia satu tahun lebih tua, anak akan dibawa ke ruang seperti auditorium sehingga orang dewasa dapat melindungi mereka dari roh jahat.
Menurut dokumen yang ditulis oleh Johann Wolfgang von Goethe yang mendeskripsikan kue ulang tahun, jumlah lilin di atasnya akan mewakili usia orang yang dihormati. Ada juga sebuah buku dari tahun 1753, yang menjelaskan bahwa lilin ditempatkan dan dinyalakan di bagian tepi kue, mengelilingi satu lilin yang disisipkan di tengah kue.
Berbagai Kepercayaan Adat Lain dalam Meniup Lilin

Pada tahun 1883, warga di Swiss mempercayai bahwa setiap lilin mewakili satu tahun lagi kehidupan. Namun, ini tidak akan ditiup sekaligus, melainkan harus ditiup satu per satu, sampai semua lilin padam.
Saat ini, di banyak negara seperti Inggris, Australia, dan Amerika Serikat, sudah mengadaptasi tradisi untuk membuat permintaan sebelum meniup lilin. Tapi agar keinginannya dikabulkan, orang yang ulang tahun harus meniup semua lilin sekaligus sampai padam. Budaya make a wish sebelum tiup lilin pun diadaptasi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Baca Juga :
Selamat Ulang Tahun Rihanna! Yuk Contek Gaya Santai & Keren Dengan Sweater ala RiRi
3 Ide Tampilan Untuk Kamu Saat Ulang Tahun
Ingin Putus Saat Pulang Kampung Liburan Natal dan Tahun Baru? Begini Caranya
Facebook Comments