Seberapa banyak argumentasi bisa dibilang normal? Bertengkar itu sehat untuk menyelesaikan masalah, karena tanpa adanya konflik, tak akan pernah ada penyelsaian. Akan tetapi, beberapa dari kita memang memiliki temperamen yang mudah tersulut, sehinga pertengkaran yang terjadi tak bisa selesai dan malah membahayakan hubungan. Jadi bagaimana cara kita berhenti terus berdebat dengan pasangan dan mengembalikan emosi?

Bicarakan tentang bagaimana kamu dan dia mengenali kemarahan saat anak-anak

Pilihlah sebuah waktu dimana kalian baik-baik saja lalu bicarakan sejarah kalian tanpa adanya rasa marah. Setiap orang belajar mengendalikan temperamen dengan cara yang berbeda. Bisa jadi kamu atau pasanganmu lahir di keluarga dengan rumahtangga eksplosif yang penuh dengan teriakan dan bahkan kekerasan fisik, sementara satu lagi dari kalian biasa dibesarkan dengan dendam yang dalam diam. Jangan malu untuk bercerita, semuanya hanyalah pengalaman yang pernah kalian rasakan dan kini harus kamu hadapi karena juga berpartisipasi dalam membentuk kepribadianmu. Dengarkan dengan tenang dan kasih dan beritahulah bahwa kamu peduli. Pahami bahwa bisa jadi masalah temperamen yang kamu atau dia miliki bisa jadi terkait dengan cara kalian dibesarrkan. Jika kamu tak terbiasa membicarakan hal-hal ini, jangan terburu-buru memaksakan menceritakan segalanya.

Identifikasi pemicu temperan darimu sendiri

Jujurlah terhadap dirimu walaupun mungkin itu bukan hal yang menyenangkan. Ingatlah bahwa bahkan mereka yang paling bahagia dan sehat pun memiliki hal-hal yang bisa menyulut mereka. Kuncinya adalah mengenali apa itu yang membuatmu demikian, sehingga kamu bisa siap untuk merespon dengan cara sehat ketika tombol amarahmu ditekan. Setelah kamu tahu apa kira-kira pemicu temperanmu, bicarakan dengan pasanganmu dengan tenang. Lebih baik, jangan gunakan kata-kata yang merujuknya sebagai penyebab. Sebagai contoh, alih-alih bilang, “Aku paling ga tahan kalau kamu…” lebih baik kamu bilang, “Aku paling nggak bisa ngontrol emosi kalau aku mulai ngerasa….” Jangan saling menyudutkan.

Ciptakan sebuah sistem atau kode ketika salah satu dari kalian mulai kehilangan temperamen.

Ciptakan sebuah sistem seperti lampu merah dimana kamu dan dia memberitanda lewat frase-frase atau kalimat tentang kondisi kalimat. Misalnya, sepakati jika salah satu dari kalian bilang “Aku butuh jalan-jalan” itu artinya kalian perlu saling menenangkan diri secara terpisah sehingga pertengkaran sebaiknya dihentikan di sana dan dilanjutkan setelah sama-sama merasa tenang.  Yang paling penting, konsistenlah terhadap apa yang kalian sepakati. Walaupun kamu tergoda untuk menelpon atau mengejarnya ke luar, hormati perjanjian kalian. Tapi, juga terapkan waktu kapan kalian akan kembali sehingga tidak saling merasa tidak aman.

Temukan cara menangani konflik dengan lebih baik, sehingga kamu bisa meredam amarahmu di awal-awal.

Yang merupakan tujuan akhir adalah belajar mengelola dirimu dan temperan sehingga kamu tak marah-marah terus. Jujur terhadap diri sendiri tentang peranmu dalam sebuah masalah adalah langkah pertama. Selanjutnya, kamu bisa mencari jalanmu sendiri maupun dengan bantuan profesional melalui terapi.

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like

9 Tips Menjaga Hubungan Interpersonal Yang Kuat

Manusia adalah makhluk sosial; kita bergantung pada hubungan