Ketika kita mengikat janji dengan orang yang kita sayangi dalam ikatan pernikahan, ekspektasi kita adalah untuk selalu bersama sekali dan selamanya. Menjalani rumah tangga memang merupakan sebuah komitmen. Sayangnya, tak jarang banyak yang gagal untuk terus teguh dalam janjinya hingga seumur hidupnya. Kadang ketidakcocokan dan berbagai masalah memang membuat rumah tangga tidak bisa lagi diselamatkan, hingga berujung pada perceraian. Karena itulah, pernikahan tidak seharusnya menjadi sebuah keputusan yang terburu-buru.

Jika kamu tengah bersiap-siap untuk menikah dan tak ingin rumah tanggamu kandas di tengah jalan, ini adalah beberapa tips yang harus kamu perhatikan.

Berpacaran setidaknya 3 tahun sebelum menikah

Tiga tahun adalah angka ajaib berdasarkan sebuah survei yang diadakan oleh Emory University di tahun 2014. Menurut studi tersebut, para pasangan yang menjalin hubungan beberapa tahun sebelum menikah meningkatkan kesempatan untuk terus bersama. Namun, menunggu terlalu lama juga tidak baik. Mereka yang menikah setelah lewat usia 32 tahun memiliki resiko perceraian 5 persen lebih besar.

Tunggu hingga usia 23 tahun

Studi dari Journal of Marriage and Family mengungkap bahwa mereka yang melakukan komitmen besar pada umur 18 beresiko menghadapi perceraian hingga 60 persen, sedangkan mereka yang menunggu hingga berusia 23 tahun, hanya beresiko bercerai sebesar 30 persen.

Nikahi Dia yang umurnya tak terlampau jauh

Semakin jauh perbedaan usia antara pasangan, semakin besar pula mereka beresiko untuk bercerai. Kebiasaan, cara pandang, perbedaan pergaulan dan fase hidup bisa jadi beberapa dari banyak faktor yang mempengaruhi.

Nikahi pria sehat dengan kepribadian santai

Ternyata, ada alasannya juga orangtua kita meminta kita mencari pasangan yang penurut. Lelaki yang tidak terlalu keras, tidak suka ngotot, dan santai ternyata berkontribusi positif terhadap usia pernikahan. Kesehatan juga ternyata berpengaruh positif pula.

Belajarlah saling berkomunikasi

Sebagian besar masalah rumah tangga bisa diselesaikan dengan komunikasi yang saling terbuka. Kurangnya komunikasi memang merupakan sumber dari banyak kesalahpahaman, pertengkaran, kehilangan minat untuk menghabiskan waktu bersama, dan bahkan, perselingkuhan. Pastikan bahwa hubungan kamu selalu dimulai dengan keterbukaan dan kebiasaan tersebut berlanjut dalam rumahtangga.

... tapi jangan memaksa membicarakan semuanya mati-matian

Jika suami kamu menolak membicarakan suatu masalah yang dihadapi, jangan memaksa. Untuk wanita, mendapatkan dukungan dari pasangan memang sebuah pengalaman positif. Namun, pria, terutama yang telah berusia lebih tua, bisa merasa frustrasi jika harus menerima dukungan dari istri mereka. Beberapa pria akan merasa tak berdaya atau tidak kompeten jika harus selalu dibantu istrinya.

Bagi tugas rumah tangga dengan imbang

Kamu dan suami sama-sama berkarir? Studi dari Journal of Family Psychology membuktikan bahwa pasangan yang membagi tugas-tugas rumah tangga dengan seimbang memiliki kehidupan seks yang lebih baik serta hubungan yang lebih awet. Namun, jika salah satu pasangan tidak bekerja, tentu hal ini tidak berlaku, ya.

Miliki ketertarikan yang sama

Tidak perlu dalam semua hal! Pastikan kamu dan pasangan punya satu aktivitas yang sama-sama kalian nikmati agar hari-hari kalian selalu terisi dengan proyek konstruktif. Namun, yang paling penting, kamu dan suami harus menyatukan visi dalam masalah-masalah besar seperti cara membesarkan anak dan pengelolaan uang.

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like

10 Tanda Anda Mungkin Memiliki Teman Palsu di Sekitar Anda

Pernahkah Anda merasakan firasat bahwa seseorang yang dekat