Di negara kita, gangguan mental sering kali dipandang dengan pola pikir ortodoks. Salah satu penyakit yang masih melawan stereotip sosial dan mulai muncul ke permukaan adalah depresi. Akhir-akhir ini, banyak tokoh masyarakat berbicara tentang perjuangan mereka melawan penyakit tersebut. Stigma yang melekat pada ‘depresi’ berangsur-angsur sirna dan semakin banyak orang mencari bantuan profesional untuk mengatasi depresi. Jadi, apa itu depresi? Hal pertama yang perlu dipahami siapa pun tentang penyakit ini adalah bahwa depresi bukan sekadar kesedihan sementara. Meskipun istilah ‘Depresi’ digunakan sangat umum akhir-akhir ini, tetapi ketika digunakan dalam istilah medis, artinya adalah gangguan yang sangat spesifik, yang mungkin juga disebut sebagai depresi klinis atau gangguan depresi mayor.
Depresi klinis terjadi ketika seseorang merasa sedih, cemas, putus asa, atau pesimis setidaknya selama dua minggu. Orang tersebut mungkin merasa bersalah, tidak berharga, dan memiliki pikiran-pikiran yang tidak sehat. Kepercayaan umum bahwa depresi hanyalah penyakit mental adalah salah. Depresi juga memiliki dampak fisik yang menguras mental penderitanya. Penderita mungkin mengalami kesulitan berkonsentrasi, tidak dapat mengambil keputusan, perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, nyeri imajiner di tubuh, kegelisahan, dan mudah tersinggung. Untuk dinyatakan mengalami depresi klinis, Anda harus memiliki setidaknya lima gejala di atas selama setidaknya dua minggu. Keadaan depresi bisa ringan atau berat. Jika penyakit ini tidak berlangsung setidaknya selama dua tahun, maka disebut ‘gangguan depresi persisten’.
Orang perlu memahami bahwa mengalami depresi atau memiliki anak yang mengalami depresi bukanlah sesuatu yang harus membuat malu. Sama seperti penyakit lainnya, depresi dapat terjadi pada siapa saja. Orang tidak memilih untuk mengalami depresi dan meskipun mereka merasa dingin selama sakit, ini adalah saat ketika mereka lebih membutuhkan kasih sayang Anda daripada kebanyakan orang. Selalu, temui dokter meskipun Anda hanya menduga bahwa Anda atau orang yang Anda kasihi mungkin berisiko terkena penyakit ini.
Penyebab Depresi
Banyak orang bertanya-tanya apa sebenarnya pemicu depresi. Seringkali penyakit mental sulit dipahami dan kerumitan ini dapat menyebabkan orang salah memahami penyakit tersebut. Depresi dapat disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, lingkungan, dan psikologis. Meskipun biasanya dimulai pada masa dewasa, kini semakin banyak anak-anak dan remaja yang didiagnosis dengan penyakit tersebut.
Depresi juga sering terjadi bersamaan dengan gangguan lain seperti kanker, penyakit jantung, diabetes, dan penyakit Parkinson. Obat-obatan yang dikonsumsi selama penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya depresi dan akan memperburuk kondisi penderitanya. Alasan lainnya mungkin lebih terkait dengan gaya hidup atau peristiwa kehidupan tertentu, seperti kematian orang yang dicintai, pindah ke kota lain, masalah hubungan, masalah keuangan, dan banyak alasan lainnya. Selain itu, sering kali depresi mungkin tidak memiliki alasan yang dapat dipahami. Seseorang dapat memiliki semua yang diinginkannya tetapi masih mengalami depresi dan merasa sedih tanpa alasan yang jelas.
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan depresi:
1. Trauma/Kekerasan Mental: Segala jenis kekerasan fisik, emosional, dan seksual di masa lalu dapat menyebabkan depresi klinis. Kekerasan membuat seseorang lebih rentan terhadap trauma psikologis.
2. Faktor genetik: Riwayat depresi yang terjadi dalam keluarga dapat menyebabkan depresi pada generasi mendatang. Agak sulit untuk menentukan gen yang terlibat karena ada banyak gen yang berbeda yang meningkatkan faktor risiko.
3. Penyalahgunaan zat: Banyak orang yang terlibat dalam penyalahgunaan zat didiagnosis secara klinis mengalami depresi. Statistik menunjukkan bahwa sebanyak 30 persen dari total orang yang terlibat dalam penyalahgunaan zat didiagnosis mengalami depresi klinis.
4. Kehilangan orang yang dicintai: Kehilangan orang yang dicintai dapat berdampak serius pada kesehatan mental seseorang. Orang tersebut dapat mengalami kesedihan yang parah dan berlangsung terlalu lama. Hal ini dapat menyebabkan perkembangan depresi.
5. Penyakit/obat-obatan tertentu: Seperti yang disebutkan di atas, obat-obatan untuk penyakit tertentu dapat menyebabkan orang tersebut mengembangkan penyakit tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh trauma mental yang dialami seseorang saat itu atau karena dampak dari obat yang sedang dikonsumsinya.
6. Peristiwa yang mengubah hidup: Peristiwa tertentu yang mengubah hidup seperti pemutusan hubungan kerja, kerugian finansial, perubahan negara, masalah hubungan, dll. dapat memicu depresi.
Selain penyebab umum di atas, ada banyak faktor risiko lain yang terkait dengan penyakit ini. Keadaan depresi juga bisa bersifat sementara karena ada bentuk depresi yang disebut Seasonal Affective Disorder (SAD). Kondisi ini hanya menyerang pasien selama perubahan cuaca. Data menunjukkan bahwa sekitar 5 persen orang Amerika menderita bentuk depresi ini.
Kecanduan media sosial juga dikenal sebagai tren terkini yang memicu depresi pada banyak orang. Kecanduan internet dapat membuat seseorang kesulitan berinteraksi dengan orang lain di dunia nyata. Jenis depresi ini disebut sebagai ‘Depresi Facebook’ oleh para ahli.
Baca Juga :
Mengapa Wanita Rentan Terhadap Depresi?
Selebriti Yang Berjuang Melawan Depresi
6 Tips Meditasi Untuk Kecemasan Dan Depresi
Facebook Comments