Jika melihat foto-foto bayi yang sedang makan dengan noda makanan di sekitar wajah dan pakaian, orang mungkin akan menganggapnya lucu. Namun, para orangtua tahu bahwa momen itu adalah perjuangan yang tak mudah.
Bagaimana tidak, orangtua harus siap membersihkan makanan yang berserakan dan mencuci pakaian kotor. Belum lagi, jika makanan atau minuman mengenai perabotan rumah lainnya.
Namun, tahukah kamu, ternyata menurut penelitian, kekacauan anak saat makan bukanlah hal buruk. Anak memang makan dengan belepotan dan mengotori pakaian serta perabot rumah, tetapi hal ini memiliki manfaat bagi tumbuh kembangnya.
Penasaran apa saja manfaat makan belepotan bagi tumbuh kembang anak? Simak daftar berikut.
- Saat besar nanti, anak-anak tidak pilih-pilih makanan
Sebuah penelitian di Inggris melakukan percobaan dan mendapati fakta bahwa
anak-anak yang senang mengotori tangan mereka saat makan, cenderung tidak mengidap “food neophobia”, yaitu kelainan yang ditandai dengan keengganan untuk makan hidangan yang tak dikenal.
Jadi, jangan panik saat kamu melihat anak kamu membuat makanannya berantakan, mengotori wajah, pakaian, dan perabot rumah. Sebab, hal itu akan mengurangi rasa takut atau rasa enggan untuk mencoba makanan baru. Dengan begitu, saat besar nanti anak tidak pilih-pilih makanan.
- Membantu perkembangan otak anak
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang duduk di kursi tinggi saat makan dan senang bermain dengan makanan mereka, justru belajar lebih banyak tentang makanan dan zat non-padat.
Bahkan, menurut ilmuwan, eksplorasi manual yang dilakukan anak dengan menyentuh makanan menjadi penting dalam membantu anak-anak agar mendapatkan lebih banyak informasi.
Dengan lebih mengenal makanan dan nama makanan, anak mampu mengembangkan kemampuan bahasa dengan banyak belajar kata.
- Makan belepotan menjadi bentuk permainan sensorik yang baik untuk keterampilan motorik
Seorang bayi di bawah lima tahun (balita) yang belajar cara memegang dan menggerakkan peralatan makan, memang bisa membuat makanan jadi kacau dan berantakan. Tapi, kekacauan yang mereka ciptakan ini justru membuat mereka belajar banyak hal.
Selain mengisi perut saat makan, sebenarnya otak anak juga terisi oleh informasi baru. Misalnya, anak belajar belajar bahwa melepaskan benda (dalam hal ini makanan) membuat benda tersebut jatuh. Atau, melemparkan benda, membuat benda tersebut terbang lalu jatuh. Mereka juga belajar bahwa meremas makanan bisa membuat makanan jadi hancur.
Menurut seorang ahli, bayi memang memiliki keinginan kuat untuk menjelajahi dunia melalui indra peraba atau melalui sentuhan. Nah, bermain dengan makanan melibatkan bagian paling sensitif dari tubuh kita, yaitu ujung jari, bibir, dan lidah.
Bagi seorang bayi, engeksplorasi berbagai tekstur dan suhu makanan, seperti hangat, dingin, keras, lengket, halus, dan lain-lain adalah kegiatan yang menyenangkan.
- Anak-anak mencoba mendiri
Sekelompok peneliti melakukan serangkaian eksperimen untuk menentukan pola pembelajaran anak-anak. Melalui eksperimen tersebut, peneliti menemukan bahwa anak-anak sebenarnya mirip seperti ilmuan kecil. Mereka mempelajari data di sekitar mereka, kemudian menguji berbagai hipotesis untuk menentukan strategi.
Hal tersebut bisa dilakukan saat anak mempelajari berbagai makanan yang mereka konsumsi. Tim peneliti mengatakan, saat anak berusaha makan sendiri (walaupun berantakan), kegiatan makan akan mendorong anak-anak untuk lebih banyak berpikir. Berbeda, ketika anak hanya diam saja dan disuapi.
Jadi, memberi kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi makanannya dengan makan sendiri bukanlah hal buruk.
Baca Juga :
Wah, Apakah Kamu Biasa Melakukan Kesalahan Cara Makan Saat Mengkonsumsi Makanan-Makanan?
Diet Keto? Ini Makanan-Makanan Terbaik Buat Kamu
Ladies, Ini Alasan Penting Mengapa Kamu Sebaiknya Berhenti Makan Siang di Meja Kantormu!
Facebook Comments