Kabar baik buat kamu yang seringkali mudah merasa khawatir: sebenarnya kecemasan kamu bisa jadi punya manfaat-manfaat positif buat kesehatan, menurut sebuah karya tulis saintifik terbaru. Rasa khawatir bukan hanya berperan sebagai penyiap emosional terhadap skenario-skenario terburuk, tetapi juga bisa menjadi motivator kuat untuk tindakan-tindakan sehat dan proaktif.
Artikel yang diterbitkan dalam Social and Personality Psychology Compass tersebut juga mengungkap bahwa orang-orang yang merasa khawatir terlalu banyak biasanya memiliki performa lebih baik di sekolah dan di tempat kerja, dan metode penyelesaian masalah mereka biasnaya juga lebih efektif. Padahal, selama ini kita selalu dibuat merasa tidak enak jika kita khawatir berlebihan, sehingga banyak slogan-slogan kehidupan dan bahkan nasehat medis yang menyuruh kita untuk berhenti cemas dan merupakan masalah. Ternyata hal ini bisa jadi merupakan pandangan salah paham.
Walaupun merasa khawatir pada umumnya memang memiliki repiutasi buruk, masuk akal bahwa kebiasaan tersebut bisa jadi proaktif. Secara alamiah, orang-orang yang mudah cemas biasanya akan mengikuti nasehat kesehatan dan keselamatan sedetil-detilnya, seperti memakai sabuk pengaman, mengoleskan tabir surya setiap beberapa jam, dan terus melakukan check up rutin dengan dokternya atau bahkan memakai masker dan mencuci tangan setiap saat.
Dan ternyata, bukan itu sajalah penyebabnya. Dalam salah satu dtudi, wanita yang dilaporkan memiliki rasa khawatir sedang, dibanding mereka yang tinggi atau rendah, biasanya lebih sering menjalani screening kanker. Nampaknya, baik memiliki kekhawatiran terlalu tinggi atau terlalu rendah bisa menginterferensi motivasi. Akan tetapi, kadar kekhawatiran yang cukup bisa memotivasi seseorang tanpa membuatnya menjadi tak berdaya.
Menurut ahli yang terlibat dalam penelitian tersebut, ada penjelasan tiga tahap mengenai efek memotivasi dari rasa khawatir ini. Pertama, rasa ini berperan sebagai petunjuk bahwa sebuah situasi memerlukan aksi. Kedua, rasa tersebut membuat situasi terkait selalu berada di dalam pikiran seseorang. Ketiga, perasaan tidak menyenangkan yang timbul akan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu untuk menanganinya, agar merasa lebih baik.
Khawatir terhadap dampak di masa depan juga bisa membuat seseorang bersiap-siap dan akhrinya lebih tahan terhadap kabar buruk, atau membuat kabar baik menjadi jauh lebih baik. Karena itulah alasan mengapa bahkan para optimis cenderung menduga untuk mendengar yang terburuk mengenai kabar-kabar tertentu.
Namun meski pun demikian, jangan salah. Kekhawatiran yang terlalu ekstrim masihlah berdampak buruk terhadap kesehatan kita. Pikiran buruk yang repetitif biasa dikaitkan dengan mood depresi, kesehatan fisik yang buruk, dan bahkan penyakit jiwa. Karena itu, merasa khawatir memang berdampak positif, tapi jangan berlebihan. Studi ini seharusnya membuat mereka yang sering merasa khawatir dan selalu merencanakan sesuatu hingga sedetail-detailnya merasa rileks dan sadar bahwa tak ada yang salah dengan kebiasaannya.
Facebook Comments