Yang mengherankan, kejadian panic attacks secara global telah meningkat sebesar 55% dari tahun 1990 hingga 2019. Saat ini, sekitar 4,05% populasi global menderita beberapa jenis gangguan kecemasan (Javaid et al., 2023). Ditambah lagi, panic attacks bisa terjadi secara tiba-tiba dan menyerang siapa saja, di mana saja. Sebagian besar individu melaporkan perasaan seolah-olah mereka terkena serangan jantung dan mencari intervensi jantung, karena ketakutan akan kematian dan pikiran ‘menjadi gila’ berjalan seiring dengan panic attacks.

Apa Itu Panic Attacks?

Panic Attacks adalah gelombang rasa takut atau ketidaknyamanan ekstrem yang tiba-tiba dan luar biasa, yang biasanya mencapai puncaknya dalam hitungan menit. Selama panic attacks, individu mungkin mengalami serangkaian gejala yang menyusahkan, seperti jantung berdebar, berkeringat banyak, gemetar, perasaan tertahan, sensasi tersedak, rasa tidak nyaman di dada, mual, pusing, menggigil atau sensasi panas, mati rasa atau rasa sakit. kesemutan di berbagai bagian tubuh. Individu mungkin juga merasa terputus dari kenyataan (derealisasi) atau terlepas dari dirinya sendiri (depersonalisasi), dll.

Panic Attacks Vs. Panic Disorder 

Panic Disorder (PD) ditandai dengan panic attacks berulang dan tidak terduga yang terjadi tanpa pemicu yang jelas. Oleh karena itu, tidak semua panic attacks memenuhi kriteria panic disorder dan juga tidak semuanya mengarah pada kondisi tersebut.

Ada kemungkinan seseorang mengalami panic attacks ketika dihadapkan pada pemicu yang diketahui (panic attacks yang diharapkan), seperti ketinggian atau ruang tertutup.

Hal ini dapat terjadi secara terpisah sebagai akibat dari peristiwa, situasi, atau keadaan yang menekan dalam hidup mereka. Misalnya, seseorang mungkin mengalami panic attacks saat mendengar kehilangan teman dekat. Saat mereka berduka karena kehilangan, mereka mungkin tidak akan mengalami kondisi tersebut lagi.

Panic attacks sering kali terjadi bersamaan dengan kondisi kesehatan mental lainnya seperti Gangguan Kecemasan Umum, OCD, gangguan depresi, dan bahkan gangguan kepribadian.

Jika serangan berulang disebabkan sebagai respons tubuh terhadap zat yang dikonsumsi (seperti narkoba atau obat-obatan) atau kondisi medis lain (hipertiroidisme), hal tersebut tidak akan dianggap sebagai panic disorder.

Apa Penyebab Panic Disorder?

Studi neuroimaging menunjukkan bahwa sirkuit ketakutan di otak, khususnya bagian yang disebut amigdala, yang memproses emosi seperti ketakutan dan kecemasan, terlalu aktif pada orang dengan panic disorder. Pemahaman saat ini juga menunjukkan bahwa kelainan pada poros hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), yang mengontrol respons stres tubuh, mungkin terlibat dalam perkembangan panic disorder. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya mekanisme neurobiologis yang mendasari panic attacks dan panic disorder.

Pilihan Pengobatan

Intervensi terapeutik yang ditawarkan oleh ahli kesehatan mental sangat penting untuk menangani panic attacks. Terapi Perilaku Kognitif (CBT) dan Terapi Psikodinamik telah terbukti berperan dalam membantu pasien mengatasi pikiran ketakutan yang intens. Teknik relaksasi, yang menggabungkan praktik kesadaran, meditasi, dan terapi baru seperti Virtual Reality juga menunjukkan bukti kuat dalam mengurangi gejala panik dan menghentikan panic attacks sejak dini.

Seringkali, panic attacks bisa sangat parah sehingga seseorang mungkin merasa tidak berdaya untuk menggunakan intervensi psikologis atau teknik relaksasi. Dalam kasus seperti ini, obat-obatan efektif dalam meredakan gejala akut ini. Pengobatan juga dapat membantu meningkatkan suasana hati dan mengurangi kecemasan, ketika panic attacks terjadi bersamaan dengan gangguan lain seperti depresi atau gangguan kecemasan lainnya.

Pencegahan

Menurut ahli kesehatan mental, seringnya orang yang menderita panic attacks tidak memenuhi kriteria panic disorder. Agar panic attacks berulang yang tidak terduga dapat didiagnosis sebagai panic disorder, panic attacks tersebut harus dikaitkan dengan kekhawatiran terus-menerus selama lebih dari sebulan tentang:

Mengalami panic attacks lagi, atau mengalami dampak setelah panic attacks, seperti kehilangan kendali, khawatir akan serangan jantung, atau khawatir akan kematian; Dan

Perubahan perilaku yang signifikan akibat serangan tersebut. Misalnya saja, berhenti dari pekerjaan atau menghindari acara sosial

Mendapatkan bantuan tepat waktu dan mengelola panic attacks secara efektif dapat mencegah kondisi mental yang mengganggu ini. Strategi ini mencakup pencarian pengobatan rutin, mengidentifikasi penyebab serangan ini, menerapkan perubahan gaya hidup sehat, dan mendidik pasien dan keluarga mereka tentang kondisi ini.

Ikuti tip gaya hidup berikut untuk membantu mencegah panic disorder:

  • Olahraga teratur, jadwal tidur tetap, asupan makanan bergizi tepat waktu, dapat membantu penderita mengatasi gejalanya dengan lebih baik.
  • Manajemen stres.
  • Tidur nyenyak selama 8 jam.
  • Mengurangi asupan kopi/teh; menghindari minuman ini 6-8 jam sebelum tidur.
  • Memiliki rutinitas, baik pagi maupun sore hari.
  • Paparan sinar matahari.
  • Menghabiskan waktu di alam.
  • Menghabiskan waktu berkualitas bersama teman dan keluarga.
  • Menyisihkan waktu untuk menekuni hobi.
  • Aktivitas sedang selama 15-20 menit setiap hari, seperti jalan cepat.

Baca Juga :

<strong>6 Cara Mengatasi Serangan Panik Agar Tidak Menimbulkan Masalah Dalam Jalan Kehidupan Sehari-hari</strong>

Manfaat Ajaib dari Chia Seed yang Fenomenal

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like

Protein Kedelai Vs. Protein Whey: Kelebihan dan Kekurangan 

Siapa pun yang tertarik dengan kebugaran pasti pernah