Mungkin beberapa dari kamu masih asing dengan istilah diet “Eat Stop Eat”.
Diet “Eat Stop Eat” adalah versi baru dari diet puasa intermiten yang mulai populer beberapa waktu lalu.
Untuk me-refresh pengetahuan kamu, diet intermiten atau yang juga dikenal dengan diet puasa adalah pola diet dengan menetapkan batas waktu untuk makan, seperti 16:8 misalnya. Di mana kamu hanya boleh makan selama kurun waktu 8 jam makan, kemudian harus puasa selama 16 jam.
Jadi Sebenarnya Apa Itu Diet “Eat Stop Eat”?
Dilansir dari Women’s Health Magazine, Eat Stop Eat adalah diet yang dicetuskan oleh Brad Pilon ketika dia sedang melakukan penelitian studi pascasarjana tentang puasa jangka pendek di Universitas Guelph.
Menurut Brad, Eat Stop Eat menerapkan diet dengan cara menjalani puasa selama 24 jam untuk 2 hari dalam seminggu. Kemudian, untuk 5 hari dalam seminggu, kamu boleh makan “secukupnya” dan tidak harus menjalani diet.
Dia mengatakan, kamu boleh makan tiga kali sehari atau bahkan sampai 20 kali makan sehari dalam periode 5 hari tersebut. Dengan catatan, kamu harus bertanggung jawab menjaga asupan makanan kamu.
Bertanggung jawab dalam arti aktivitas harian kamu harus seimbang dengan banyaknya kalori yang kamu makan. Jangan sampai kalori yang masuk lebih banyak daripada kalori yang keluar.
Bagaimana cara kerja Diet “Eat Stop Eat”?
Karena Diet Eat Stop Eat termasuk puasa intermiten, jadi cara kerjanya sama seperti diet puasa intermiten pada umumnya.
Jadi, Diet Eat Stop Eat dapat membantu kamu mengurangi jumlah kalori yang kamu konsumsi secara keseluruhan, tanpa harus memikirkan atau menjumlahkan kalori yang masuk.
Tentu akan sangat repot jika kamu harus menghitung jumlah kalori dalam sehari, bukan? Untuk itulah dibuat puasa intermiten.
Saat kamu makan atau berbuka puasa, kamu mungkin akan merasa sulit untuk makan banyak, karena perut kamu sedikit menyusut akibat puasa.
Selain membuat perut menyusut, Diet Eat Stop Eat juga dapat meningkatkan metabolisme kamu.
Ketika kamu mengurangi “jendela makan”, kamu akan menciptakan periode puasa di mana tubuh kamu harus menggunakan glikogen yang tersimpan dari karbohidrat dan lemak, sebagai bahan bakar untuk terus bekerja.
Kemudian saat stok glukosa dan glikogen digunakan, maka tubuh kamu akan beralih ke keadaan ketogenik dan membakar lemak sebagai bahan bakar.
Pada dasarnya, jika kamu berada dalam kondisi puasa yang cukup lama, alih-alih membakar karbohidrat, tubuh kamu justru akan membakar lemak sebagai bahan bakar.
Jadi Diet Eat Stop Eat bisa membantu menurunkan berat badan?
Kemungkinan besar, iya. Karena dengan diet ini, kamu mengurangi jumlah asupan kalori.
Tapi ingat, Diet Eat Stop Eat belum tentu lebih baik atau lebih buruk daripada bentuk puasa intermiten lainnya. Tidak ada data yang mengatakan bahwa ini lebih baik atau lebih buruk daripada versi diet intermiten yang lain.
Apakah Diet Eat Stop Eat layak dicoba?
Jika kamu berani untuk mencoba tidak makan selama 24 jam, maka diet ini sangat bisa dicoba! Tapi jika kamu merasa tidak cocok dengan tipe diet ini, kamu selalu bisa mencoba tipe diet lain yang sesuai dengan kondisi kesehatan kamu.
Baca Juga :
Pil Diet: Apa yang Perlu Anda Ketahui Sebelum Mencoba Pil Pelangsing
7 Makan Siang Lezat yang Cocok Untuk Diet
6 Kebiasaan di Pagi Hari yang Membuat Kamu Gagal Diet
Facebook Comments