Orang tua sering menganggap bahwa anak-anak tidak ingat tentang apa saja yang terjadi di sekitarnya atau apa yang orang tua katakan kepadanya. Padahal, alam bawah sadar anak bisa mengingat perasaan yang muncul atas kejadian buruk atau kalimat yang menyakitkan.
Karenanya, orang tua harus berhati-hati saat bersikap dan berbicara dengan anak agar tidak menimbulkan gangguan psikis saat anak dewasa.
Berikut adalah beberapa contoh kalimat yang tampak sepele tetapi bisa membahayakan masa depan anak :
- “Kamu baik-baik saja” / “Tidak apa-apa”
Ketika anak sedang kesal atau mereka sedang terluka kemudian menangis, maka orang tua tidak boleh memberikan respons yang seakan-akan meremehkan perasaan atau rasa sakit mereka.
Misalnya, saat anak jatuh dari sepeda atau jatuh karena lari-lari, jangan asal mengatakan kalimat, “kamu baik-baik saja”, “tidak apa-apa”. Karena, anak bisa menangkap hal itu sebagai penyangkalan akan rasa sakit mereka. Alih-alih mengatakan kalimat itu, sebaiknya orang tua mengungkapkan bahwa dia peduli pada anak dan ingin membantu anak meringankan beban orang tua.
- “Kita tidak mampu membelinya” atau “Kita tidak punya uang”
Hindari membebani anak dengan beban keuangan di keluarga kamu. Idealnya, seorang anak perlu mendapatkan semua kebutuhan hidupnya dari orang tua yang menghadirkannya ke dunia. Menolak keinginan anak dengan kalimat yang menunjukkan bahwa keluarga sedang kesulitan secara ekonomi, bisa berdampak buruk bagi anak, yaitu membuat mereka menjadi stres.
Untuk menghindarinya, kamu bisa menolak permintaan anak dengan cara kreatif tanpa memberikan detail kondisi keuangan keluarga. Menolak permintaan memang sulit, tapi harus dilakukan sesuai kebutuhan. Jangan sampai kamu membelikan semua yang anak inginkan dengan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.
- “Hati-hati.”
Jika kamu takut anak kamu terjatuh, tergelincir, atau takut ia melukai diri sendiri, sebaiknya jaga anak kamu dari kejauhan. Jangan sampai kamu melarang mereka atau berulang kali meminta mereka berhati-hati pada sesuatu.
Karena, jika kamu terus-menerus mengingatkannya agar berhati-hati, suatu saat nanti ketika sudah dewasa, anak bisa berpikir bahwa tidak ada tempat yang aman bagi dirinya. Jika ini terjadi, anak akan sulit untuk main bersama teman sebaya.
- “Biarkan aku saja yang melakukannya.”
Ibu dan anak pasti sering hadapkan dengan orang yang tidak memiliki baju renang.
Untuk kasus memasak, misalnya. Jika anak mencoba membantu sebisanya, tapi membuat dapur jadi berantakan, maka biarkan dapur berantakan.
Contoh lainnya, saat anak ingin mencuci pakaian. Biarkan anak mencuci pakaian sendiri. Jangan mencurigai pakaiannya tidak bersih lalu mengulangi mencuci pakaian dengan kata-kata “Biar aku saja yang menyelesaikan”.
Sebab, jika kamu melakukannya, anak akan enggan untuk melakukan pekerjaan.
- “Kamu membuatku sangat marah padamu”
Anak-anak memang perlu menyadari bahwa kata-kata dan perilaku mereka bisa mempengaruhi perasaan orang, bahkan menyakiti perasaan orang. Namun, seharusnya kalimat yang menyatakan orang tua sedang marah tidak boleh terdengar oleh anak-anak.
- “Sudah kubilang begitu.”
Ungkapan ini sering ditemui saat seseorang menghadapi sebuah masalah. Ketika anak melakukan kesalahan cara memakan hidangan yang disediakan. Saat anak menghadapi masalah, kamu seharusnya menjadi penghibur yang mampu menenangkan dia. Bukan justru mengatakan bahwa kamu sudah tahu.
- “Jangan”
Sering kali, ketika anak melakukan sesuatu yang dianggap bahaya, orang tua akan melarang dengan perintah “Jangan diinjak!” atau “Jangan disentuh” atau sekedar “Jangan”. Nah, jika berlarut-larut, kebiasaan mengatakan “Jangan” bisa menghambat rasa percaya diri anak. Hal ini juga bisa membuat anak merasa bahwa dia hidup di dunia yang penuh ketidakamanan.
Baca Juga :
5 Hal Ini Wajib Dibicarakan dengan Pasangan Sebelum Punya Anak
4 Alasan Mengapa Putri Diana Selalu Berusaha Sejajar dengan Anak-anak Saat Bicara
Tips Berbicara dengan Anak Remaja
Facebook Comments