Wanita disarankan untuk memprioritaskan kesehatan tulang mereka, karena mereka lebih rentan terhadap kondisi seperti fraktur stres, yang merupakan cedera umum di kalangan wanita, terutama mereka yang melakukan aktivitas berdampak tinggi seperti berlari, menari, atau berolahraga. Retakan kecil pada tulang ini sering kali berkembang seiring waktu karena stres berulang dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan yang signifikan pada kehidupan sehari-hari. Wanita yang berpartisipasi dalam olahraga berdampak tinggi seperti berlari, tenis, dan menari berisiko lebih tinggi mengalami fraktur stres, terutama jika mereka menderita osteoporosis, yang semakin meningkatkan kerentanan mereka. Memahami fraktur memainkan peran penting dalam pencegahannya, diagnosis tepat waktu, dan pengobatan yang efektif. Jadi, apa penyebabnya dan bagaimana pengaruhnya terhadap kita?

Faktor Yang Membuat Wanita Lebih Rentan Mengalami Fraktur Stres

  1. Kepadatan Tulang: Umumnya, wanita memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan pria. Wanita pascamenopause mungkin memiliki risiko lebih tinggi karena kadar estrogen yang lebih rendah, yang dapat melemahkan tulang.
  2. Gangguan Menstruasi: Amenore (tidak menstruasi) atau periode menstruasi yang tidak teratur dapat menyebabkan kadar estrogen yang sangat rendah, sehingga tulang menjadi rapuh.
  3. Kekurangan Nutrisi: Banyak wanita mungkin mengalami kekurangan kalsium dan vitamin D, yang dapat mengganggu kesehatan dan perbaikan tulang.
  4. Partisipasi dalam Olahraga: Wanita yang menjalani latihan keras memiliki sejumlah besar tulang yang terpapar tekanan berulang yang membuat mereka berisiko lebih tinggi mengalami patah tulang.

Fraktur stres paling sering terjadi pada tulang yang menanggung beban paling berat atau menyerap gaya berulang, termasuk:

– Tibia (tulang kering)

– Tulang metatarsal di kaki

– Femur (tulang paha)

– Pelvis

Gejala Fraktur Stress

Fraktur stres dapat dimulai dengan gejala-gejala halus yang, jika tidak ditangani, dapat memburuk secara bertahap. Berikut ini tanda-tanda utama yang harus diwaspadai:

  • Nyeri yang terlokalisasi di area yang terkena, memburuk dengan aktivitas dan membaik dengan istirahat.
  • Pembengkakan, nyeri tekan, atau memar di sekitar lokasi fraktur.
  • Kesulitan menahan beban pada anggota tubuh yang terkena.

Perawatan Fraktur Stress

Ada pilihan perawatan yang mengatasi fraktur ini yang biasanya berfokus pada pengurangan tekanan pada area yang terkena dan meningkatkan penyembuhan tulang. Ini termasuk:

  • Istirahat dan Modifikasi Aktivitas: Perawatan utama adalah istirahat. Hindari aktivitas berdampak tinggi seperti berlari atau melompat; sebaliknya gunakan bentuk latihan berdampak rendah seperti berenang atau yoga.
  • Nutrisi dan Suplemen: Menurut penelitian, pola makan yang kaya kalsium dan vitamin D dapat mendukung perbaikan tulang; oleh karena itu, penyertaan produk olahan susu, sayuran hijau, ikan, dan makanan yang difortifikasi akan mendukung penyembuhan. Asupan makanan juga mungkin memerlukan suplementasi jika konsumsi nutrisi ini tidak dapat dipenuhi dengan metode oral.
  • Fisioterapi: Terapi terpandu dapat memperkuat otot-otot di sekitar fraktur untuk meningkatkan mobilitas sekaligus mengurangi tekanan pada tulang.
  • Dukungan Ortopedi: Penyangga, kruk, atau sepatu penyangga dapat digunakan untuk mengurangi tekanan pada tulang selama penyembuhan.
  • Manajemen Nyeri: Analgesik ringan atau NSAID dapat diresepkan untuk mengatasi ketidaknyamanan.

Cara Mencegah Fraktur Stress

Langkah-langkah berikut dapat diikuti untuk mencegah fraktur tersebut dan menjaga kesehatan tulang secara keseluruhan:

· Tingkat aktivitas fisik dapat ditingkatkan secara bertahap agar tulang dapat beradaptasi.

· Kenakan sepatu dengan bantalan dan penyangga yang baik.

· Menurut penelitian, latihan menahan beban dan latihan kekuatan dapat membantu menjaga tulang dan otot tetap kuat. · Pastikan nutrisi yang tepat dengan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup.

· Pemantauan kesehatan tulang secara berkala, terutama pada wanita yang memiliki riwayat osteoporosis di antara kerabatnya.

Baca Juga :

Stress Man

stress

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like

Kapan Waktu Terbaik untuk Hamil?

Kapan waktu terbaik untuk hamil? Tidak ada jawaban