Salah satu cara yang paling mujarab untuk menyembuhkan sebuah hubungan adalah dengan berkata, “Maaf, aku salah. Tolong maafkan aku. Bagaimana caranya untuk menebus kesalahanku?” Sayangnya, bahkan ketika kita tahu bahwa kita salah, mengatakan hal tersebut seringkali sulit adanya.

Mengapa hal ini terjadi? Berikut adalah alasan-alasan yang paling umum mengapa susah bagi orang untuk meminta maaf:

1. Kamu akan terlihat buruk, dan tidak dihargai untuk hal-hal baik yang kamu lakukan.

Bisa jadi, kamu takut bahwa ketika kamu meminta maaf, perhatian semua orang justru tertuju pada kesalahan-keasalahnmu. Padahal, alasan ini salah, mendistraksi kita sehingga fokus menjadi terletak pada ketakutan-ketakutan kita. Padahal, kontribusimu dalam sebuah hubungan tidak hanya dilihat dari satu kesalahan. Kita adalah sebuah diri, bukan hanya satu aksi.

2. Kamu takut merasakan emosi yang tak nyaman, seperti malu, rasa bersalah, atau takut

Alasan ini juga memisdireksikan kita untuk berfokus pada menjauhi rasa sakit, alih-alih mengidentifikasi masalah. Sangat masuk akal bahwa kamu tidak menyukai perasaan-perasaan ini. Ini menunjukkan bahwa kita peduli dan masih peka, dan malah hal yang bagus. Ini adalah petunjuk bahwa kita terbuka dengan tumbuh dan belajar. Yang harus kita lakukan hanyalah mendengarkan perasaan ini untuk membuat keputusan, alih-alih mengabaikannya. Karena ketika kita merasa tak nyaman, kita tahu ada yang harus diperbaiki.

3. Kamu merasa bahwa jika dia tidak egois, tugasnyalah untuk memaafkanmu dan move on

Faktanya: mungkin kamu dan dia memang sama-sama orang baik. Seperti cinta yang tulus, pengampunan yang tulus adalah sebuah proses imbal-balik. Proses ini sama-sama menumbuhkan kedua belah pihak dalam hubungan dan membuat mereka belajar banyak.

Tapi yang bisa menyuburkan hubungan antara dua orang adalah kemauan untuk terlibat dalam aksi apapun yang diperlukan untuk kelancaran sebuah hubungan. Sangat berbahaya untuk tidak mengakui bahwa kita telah melukai pihak lain dan sangat berbahaya pula untuk terluka dan dipaksa menerima dan melupakan begitu saja. Jika kita ingin hubungan tetap hidup dan sehat, kita harus mau mengakui kesalahan-kesalahan yang membuat kekasih kita terluka.

4. Kamu merasa bahwa kamu patut dimaafkan tanpa harus meminta.

Hampir mirip dengan alasan sebelumnya, hanya saja dalam hal ini kamu merasa bahwa dalam cinta, maaf harus datang secara otomatis tanpa harus ada permohonan. Padahal, tak ada yang berhak mendapatkan maaf begitu saja, terutama jika aksi yang dilakukan repetitif. Cinta adalah sebuah rasa yang besar. Tapi cinta dan rasa sakit bisa hidup berbarengan, dengan rasa sakit yang perlahan menyedot sari-sari cinta hingga layu kekeringan. Tugas dari pihak yang menimbulkan rasa sakitlah untuk berupaya menghilangkannya sehingga cinta bisa tumbuh subur tanpa sakit.

5. Kamu berpikir dengan mengakui kesalahan, kamu terlihat lemah.

Padahal, justru sebaliknya. Salah satu dari ciri sifat ksatria adalah kemampuan untuk menerima kritik dan mengakui kesalahan yang diperbuat, lalu belajar darinya. Mengakui kesalahan juga menumbuhkan lebih banyak rasa percaya diri dan keberanian.

6. Kamu merasa kamu tak pantas dimaafkan

Cara berpikir ini mungkin muncul setelah kamu seringkali mengulang-ulang kesalahan. Ini adalah cara yang keras bukan hanya terhadap diri sendiri, tapi juga terhadap yang kamu sakiti. Ini tidak mengijinkan siapapun untuk sembuh. Kamu tak memberi dirimu kesempatan untuk dimaafkan dan kembali dicintai, dia juga tak punya kesempatan untuk memaafkanmu dan belajar menerimamu kembali.

Baca juga Rendah Hati dan Rendah Diri Itu Beda Tipis Lho. Kalau Kamu Selalu Minta Maaf Karena Hal-Hal Sepele Ini, Bisa Jadi Harga Dirimu Diinjak Orang Lain

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like

9 Tips Menjaga Hubungan Interpersonal Yang Kuat

Manusia adalah makhluk sosial; kita bergantung pada hubungan