Kalimat klasik “Aku tahu bagaimana perasaanmu”, adalah salah satu kalimat yang paling sering kamu dengar dan kamu katakan dalam kehidupan sehari-hari.
Misanya, ketika seorang anak pulang ke rumah sambil menangis karena baru saja bertengkar dengan teman, biasanya ibu akan mencoba meyakinkan anak bahwa ia tidak sendirian. Ibu akan mengatakan, “Ibu tahu kamu sedang sedih. Ibu juga pernah bertengkar dengan teman ibu, kok. Ibu tahu perasaanmu.”
Atau misalnya, ketika salah sorang teman baru saja dipecat, kemudian teman lain mencoba menghibur dengan mengatakan, “Aku mengerti kamu sedang sedih dan kecewa. Aku tahu perasaanmu. Aku juga pernah di-PHK kok, tapi lihat sekarang aku mendapatkan pekerjaan yang lebih cocok. Kamu pasti juga bisa”.
Tahukah kamu?
Mengatakan pada orang lain bahwa kamu “sangat mengerti perasaan mereka” terkadang bisa lebih menyakitkan bagi mereka. Inilah alasan mengapa kamu harus berhati-hati ketika mengatakan bahwa kamu tahu persis apa yang dirasakan orang lain :
- Kamu tidak benar-benar tahu bagaimana perasaan mereka
Kamu mungkin berpikir kamu bisa memahami situasi mereka, tetapi kenyataannya, meskipun kamu telah melalui hal yang serupa, kamu tidak mungkin tahu 100% bagaimana perasaan mereka. Meskipun tampak seperti masalah serupa, tapi kondisi dan situasi masing-masing orang itu berbeda. Dan lagi, kemampuan seseorang dalam menghadapi berbagai masalah pun juga berbeda-beda. Kamu tidak bisa menyamakan apa yang terjadi padamu dengan apa yang terjadi pada orang lain.
- Kamu mengalihkan fokus mereka
Ketika orang memberi tahu kamu atau curhat tentang bagaimana perasaan mereka, mereka sebenarnya hanya ingin didengarkan. Ketika kamu menanggapi cerita mereka dengan mengatakan, “Aku tahu bagaimana perasaan kamu”, kemungkinan besar pembicaraan akan beralih fokus. Kamu akan mulai berbicara tentang alasan mengapa kamu tahu apa yang mereka rasakan. Kamu akan memberikan contoh-contoh masalah yang menimpamu dan kamu akan mulai menasihati mereka, bukan mendengarkan mereka.
Mengubah arah percakapan menjadi fokus pada diri kamu sendiri adalah salah satu jenis “narsisme percakapan”. Hal itu berasal dari keinginan untuk mengambil alih percakapan sehingga kamu dapat menaklukkan sebagian besar pembicaraan dan mulai bicara tentang diri kamu sendiri. Kamu ingin menjadi orang yang didengarkan.
- Kamu mungkin akan terdengar tidak begitu peduli pada mereka
Mungkin kamu merasa bahwa mengatakan, “Aku tahu bagaimana perasaan kamu” adalah cara mengungkapkan empati. Kamu mungkin hanya ingin memberi tahu mereka bahwa perasaan mereka itu wajar dan semua itu tidak apa-apa. Tapi terkadang, berempati dengan penderitaan orang lain bisa jadi sulit, terutama saat kamu tidak berada di posisi dan waktu yang sama dengan mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika 2 peserta penelitian dihadapkan pada hal-hal yang tidak menyenangkan, misanya mereka ditunjukkan belatung atau makanan busuk lainnya, mereka akan dapat dengan mudah menebak dan merasakan emosi satu sama lain. Tetapi ketika 2 peserta dihadapkan pada dua hal yang berbeda. Misal, Si A diperlihatkan hal-hal yang menyenangkan, seperti anak anjing atau foto traveling, sedangkan Si B diperlihatkan hal-hal yang tidak menyenangkan, maka Si A akan cenderung menyimpulkan bahwa emosi atau pengalaman Si B tidak separah yang sebenarnya.
- Mereka butuh didengarkan
Mungkin kamu tidak pernah menyangka ini sebelumnya, tapi terkadang keheningan bisa menjadi sebuah kenyamanan dan penghiburan. Saat seseorang menceritakan masalah mereka dan mengungkapkan perasaan mereka, itu tandanya mereka membutuhkan seorang pendengar.
Alih-alih menghibur dengan kata-kata, kamu bisa menghibur dengan keheningan dan gunakan bahasa tubuh, seperti memeluk, menepuk punggung, menggenggam tangan, atau hanya mengangguk dengan mata menatap mereka. Gerakan ini bisa seribu kali lebih baik daripada menasihati mereka, atau mengatakan bahwa kamu memahami rasa sakit yang mereka rasakan.
Baca Juga :
https://www.tampilcantik.com/7-alasan-mengapa-kamu-tidak-boleh-tidur-saat-rambut-masih-basah/
Facebook Comments