Apakah ada yang memanggil Anda “Otak Ibu” saat Anda lupa atau melakukan kesalahan pada sesuatu? Istilah ini sering digunakan sehari-hari untuk menggambarkan sifat pelupa dan linglung yang dialami oleh ibu baru. Meskipun mudah untuk mengabaikan hal ini sebagai stereotip, penelitian dan banyak kesaksian pribadi ibu baru menunjukkan bahwa fenomena ini nyata dan kompleks. Ini bukan sekadar tanda kelupaan, tetapi cerminan perubahan mental dan fisik yang mendalam yang terjadi selama kehamilan, pascapersalinan, dan seterusnya. Jadi, mari kita berempati, bukan menghakimi. Mari kita selami lebih dalam tentang fenomena ini dan cara mengatasinya.

Apa Itu “Otak Ibu”?

“Otak Ibu” mengacu pada perubahan kognitif yang dialami oleh banyak wanita selama dan setelah kehamilan. Sebuah studi tahun 2017 mengungkapkan bahwa wanita hamil mengalami penurunan materi abu-abu, terutama di area yang terkait dengan kognisi sosial. Menjadi seorang ibu adalah pengalaman yang luar biasa dan mengubah hidup, tetapi juga membawa banyak perubahan, terutama dalam hal otak Anda. Penelitian menunjukkan bahwa selama kehamilan dan masa pascapersalinan, perubahan struktural terjadi di otak Anda, yang dapat menyebabkan perasaan ‘otak ibu’ yang sangat umum—pelupa, kehilangan ingatan, dan kesulitan fokus. Tidak mengherankan jika ibu baru merasa otak mereka bekerja lembur. Itu bukan hanya di kepala Anda—itu adalah otak Anda yang menyesuaikan diri dengan dunia baru sebagai orang tua.

Ibu baru sering menghadapi gangguan tidur kronis karena menyusui di malam hari dan tanggung jawab perawatan. Penelitian menghubungkan tidak cukup tidur dengan defisit dalam ingatan, perhatian, dan pengambilan keputusan. Selain itu, masalah kesehatan mental perinatal, seperti depresi pascapersalinan (PPD), kecemasan, dan bahkan PTSD, dapat memperburuk tantangan kognitif. Diperkirakan satu dari lima ibu baru mengalami kondisi kesehatan mental perinatal, yang menyoroti pentingnya dukungan dan pengobatan.

Seperti Apa Sebenarnya Rasa PPD

Tidak seperti kasus “baby blues” yang hanya berlangsung sebentar, PPD adalah perubahan mendasar dan membingungkan pikiran-tubuh. Lebih dari sekadar kesedihan, PPD adalah tekanan emosional yang mendalam yang dapat muncul dalam bentuk luapan air mata yang tak terkendali, kehilangan nafsu makan atau lupa makan, membentak orang yang Anda cintai dengan kesal dan kemudian membenci diri sendiri karenanya, insomnia karena pikiran Anda tidak berhenti memutar ulang setiap kesalahan yang Anda kira telah Anda buat, menatap bayi Anda dan tidak merasakan apa pun, atau bahkan kebencian, dan kemudian merasa bersalah karena tidak dapat terhubung.

Apa yang Sebenarnya Membantu?

Bukan hanya mandi busa dan jurnal rasa syukur. Mengobati PPD memerlukan lebih dari sekadar perawatan diri, saran ahli. Sangat penting untuk mencari bantuan profesional, seperti terapi dan pengobatan, yang dapat sangat penting untuk pemulihan. Dapatkan dukungan praktis dari teman dan keluarga untuk mencuci piring, menyiapkan makanan, melipat cucian, atau mengajak anak-anak yang lebih besar jalan-jalan sebentar. Mereka juga dapat mengubah narasi dengan menanyakan hal-hal seperti, “Apa kabarmu hari ini?” mendengarkan dengan saksama, mengakui perjuangan Anda, dan memvalidasi perasaan Anda, alih-alih menekankan perlunya menghargai setiap momen. Ketika pikiran Anda dipenuhi dengan keraguan diri, perhatian penuh dan meditasi dapat membantu Anda menenangkan diri.

Khususnya, perubahan ini tidak terbatas pada ibu kandung. Ayah dan orang tua non-biologis yang terlibat dalam pengasuhan langsung juga mengalami perubahan dalam struktur otak dan kadar hormon, yang menggambarkan bahwa pengasuhan itu sendiri memainkan peran penting dalam transformasi ini.

“Otak Ibu” bukanlah tanda kelemahan; ini adalah tantangan yang menyertai peran sebagai orang tua, melahirkan kehidupan ke dunia dan mengasuh bukanlah hal yang mudah. Dengan mendukung orang tua dalam cara-cara kecil namun bermakna, kita dapat menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang di mana mereka merasa berdaya untuk menerima peran dan identitas baru mereka dengan percaya diri dan anggun. Menjadi orang tua adalah perjalanan transformasi—yang layak mendapatkan pengertian, dorongan, dan yang terpenting, rasa hormat.

Baca Juga :

ibu-memasak

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like

Kapan Waktu Terbaik untuk Hamil?

Kapan waktu terbaik untuk hamil? Tidak ada jawaban