Jerawat yang muncul sesekali mudah diatasi. Anda juga dapat mengendalikan jerawat ringan dengan perawatan kulit yang tepat dan obat-obatan yang dijual bebas. Namun, jika jerawat tersebut menjadi masalah, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik. Antibiotik sistemik sering diresepkan jika pengobatan topikal tidak berhasil. Dalam artikel ini, kami telah membahas semua yang perlu Anda ketahui tentang penggunaan antibiotik untuk mengatasi jerawat.

Antibiotik sering digunakan untuk mengobati jerawat. Antibiotik Ttpikal tersedia dalam bentuk krim, gel, larutan seperti toner, bantalan jerawat, plester jerawat, dan losion. Antibiotik ini sering digunakan untuk mengobati jerawat ringan.

Antibiotik terutama bekerja dengan mengurangi jumlah bakteri penyebab jerawat di dalam dan di sekitar folikel, sehingga mengurangi peradangan. Namun, antibiotik topikal tidak membunuh atau mengurangi jumlah bakteri. Antibiotik mengurangi peradangan. Oleh karena itu, dokter sering meresepkan antibiotik oral (untuk efek bakterisidanya) bersama dengan antibiotik topikal. 

Artikel di bawah ini akan membahas mengenai antibiotik topikal untuk membantu mengurangi peradangan pada kulit yang disebabkan oleh jerawat. 

Antibiotik Topikal untuk Jerawat

Akademi Dermatologi Amerika merekomendasikan pengobatan topikal berikut untuk jerawat:

1. Retinoid dan Obat Serupa Lainnya

Retinoid banyak digunakan untuk mengelola jerawat. Obat ini dapat digunakan sebagai monoterapi atau bersama dengan obat oral atau topikal lainnya. Obat ini digunakan untuk mengobati jerawat inflamasi.

2. Benzoil Peroksida

Digunakan untuk jerawat ringan. Benzoil peroksida juga dapat digunakan sebagai monoterapi. Obat ini mengurangi kemungkinan berkembangnya strain bakteri yang resistan terhadap antibiotik. Inilah salah satu alasan mengapa obat ini sering digunakan dalam kombinasi dengan obat topikal dan sistemik atau antibiotik lainnya.

3. Antibiotik Topikal (Klindamisin dan Eritromisin)

Klindamisin diresepkan sebagai obat oral dan topikal. Kedua antibiotik ini digunakan untuk mengelola jerawat. Namun, obat-obatan tersebut tidak diresepkan sebagai monoterapi karena Anda mungkin mengembangkan strain bakteri yang resistan terhadap antibiotik.

4. Asam (Asam Salisilat dan Asam Azelaat)

Asam salisilat membantu membuka pori-pori kulit (pori-pori kulit yang tersumbat merupakan penyebab utama jerawat) dan juga mengurangi peradangan. Asam azelaat membantu meminimalkan pigmentasi yang disebabkan oleh jerawat yang meradang.

5. Resorsinol dan Sulfur

Kedua obat topikal ini sering dikombinasikan untuk mengobati jerawat. Obat-obatan ini tersedia dalam bentuk losion dan krim dan dapat dibeli tanpa resep dokter.

6. Aluminium Klorida

Aluminium klorida memiliki efek antibakteri. Dalam sebuah penelitian, obat jerawat topikal ini menunjukkan perbaikan pada lesi jerawat dengan iritasi minimal.

Selain itu, pil KB sering direkomendasikan untuk mengatasi jerawat. Pil-pil ini hanya dapat membantu mengobati jerawat yang disebabkan oleh fluktuasi hormon.

Bergantung pada tingkat keparahan jerawat dan jenis kulit Anda, dokter kulit akan merekomendasikan obat yang tepat untuk Anda.

Kemungkinan Efek Samping Obat Topikal

Antibiotik topikal dan obat jerawat dapat menyebabkan efek samping yang meliputi:

  • Kekeringan
  • Kemerahan
  • Kelupasan kulit
  • Kulit mengelupas
  • Sensasi terbakar
  • Sensasi menyengat
  • Iritasi kulit ringan dan gatal

Selalu konsultasikan penggunaan antibbiotik topikal dengan dokter kulit kepecayaan Anda sebelum Anda menggunakannya.

Baca Juga :

Cara Mencegah Infeksi Jamur Akibat Antibiotik

Inilah Makanan Yang Harus Dikonsumsi Setelah Minum Antibiotik. Jangan Sampai Antibiotik Malah Berbalik Menyerang Kamu Yaa

Apakah Kamu Benar-Benar Harus Menghabiskan Antibiotik Yang Diresepkan?

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like

Cara Mencegah dan Mengatasi Kulit Berkerut

Saya yakin Anda pernah melihat atau bahkan mengenakan