Seorang wanita usia 32 tahun asal California bernama Laura Guzman membagikan kisah dietnya yang sukses kepada majalah Women’s Health. Ia bercerita bahwa dirinya didiagnosis menderita endometriosis pada 2016.
“Selama enam bulan, saya sangat sakit. Para dokter tidak dapat mengetahui apa yang salah dengan saya. Dokter perawatan saya mengirim saya ke ob-gyn. Saya menjalani operasi dan menemukan bahwa endometriosis telah menyebar ke seluruh perut saya dan menyatukan beberapa organ saya,” kata Laura.
Setelah menjalani tiga kali operasi, enam bulan kemudian akhirnya ia bisa bertahan hidup. Tetapi, didiagnosis dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan itu membuat Laura menderita. Derita inilah yang justru membuat berat badannya naik drastis.
Sejak 2013 hingga 2016, Laura dalam kondisi yang baik. Ia makan makanan bergizi dan rajin berolahraga. Bahkan ia juga merupakan pemain sepak bola wanita yang sudah bermain bola selama lebih dari 24 tahun lamanya.
Pada tahun baru 2018, Laura kehilangan sang ibu. Karena ibunya meninggal dunia, ia pun terpuruk dan berhenti olahraga di gym. Ia juga berhenti makan makanan sehat. Inilah yang juga memicu kenaikan berat badan tak terkendali.
Tak hanya ditinggal sang ibu, Laura juga ditinggal sang ayah. Ayahnya meninggal dunia tahun 2019 karena penyakit kanker stadium akhir.
Duka cita mendalam membuat emosi Laura makin tak terkendali, begitu juga dengan berat badannya yang terus naik.
“Ketika saya melihat foto-foto saya di Hari Raya Natal tahun 2019, saya sangat kecewa karena membiarkan diri saya sampai pada titik itu (sampai segemuk itu). Jaket kulit ukuran XXL yang saya pakai tidak bisa dikancingkan. Tidak ada jeans yang muat saya pakai. Di awal tahun 2020, berat badan saya mencapai 285 pound (129 kilogram)”.
Setelah itu, pada awal 2020 pula, dunia menjadi kacau akibat pandemi Covid-19. Laura pun menghubungi pelatih olahraganya dan mulai berolahraga via-Zoom dengan didampingi pelatih pribadinya.
Kata Laura, pelatihnya merancang menu makan khusus untuknya. Menu makan ini memuat pengaturan kadar karbohidrat yang dikonsumsinya setiap hari. Ada kalanya Laura makan lebih banyak karbohidrat, tapi ada juga kalanya ia hanya makan sedikit karbohidrat.
Konsep pengaturan jumlah karbohidrat tersebut berasal dari fakta bahwa jika kamu makan lebih sedikit karbohidrat pada saat istirahat (tidak berolahraga), maka tubuh akan berubah menjadi lemak.
Sebaliknya, jika mengonsumsi lebih banyak karbohidrat saat banyak melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga, maka karbohidrat yang dikonsumsi akan berperan sebagai bahan bakar.
“Saya mengikuti rencana menu makan yang dibuat pelatih dan rajin berolahraga sendiri selama beberapa hari dalam seminggu di rumah. Dalam dua minggu pertama, saya melihat perubahan besar pada berat badan saya, kemudian saya melanjutkan dietnya,” kata Laura.
“Karena saya menderita endometriosis, perut saya sensitif karena operasi dan ada banyak hal yang tidak bisa saya makan. Tetapi dengan coba-coba, saya dapat menemukan apa yang cocok untuk saya,” katanya.
Saat ini, diet yang dijalankan Laura adalah clean eating dengan tidak mengonsumsi gorengan, susu, dan makanan cepat saji.
Ia hanya mengonsumsi banyak daging ayam, nasi, kue beras, kentang panggang, dan roti dan tortilla bebas biji-bijian.
“Saya memiliki cheating day seminggu sekali. Saat cheating day, saya bisa makan apa saja yang saya mau. Ini yang membuat transisi lebih mudah dan saya tidak merasa berat saat menjalankan diet”.
Dari ketekutannya dalam menjaga pola makan dan berolahraga, berat badan Laura berhasil turun lebih dari 130 pound atau 58 kilogram.
Baca Juga :
<strong>Makan Sebelum Tidur Justru Baik Untuk Diet, Ini 4 Faktanya</strong>
Air Putih Bisa Bantu Diet, Simak 4 Manfaatnya Berikut Ini
4 Alasan Penting Mengapa Kamu Harus Cukup Tidur Selama Diet
Facebook Comments