Ketika berbicara tentang kekerasan kepada anak, mungkin orang akan cenderung berpikir tentang kekerasan fisik. “Ah, aku tidak pernah memukul anakku kok”, mungkin seperti itulah pemikiran orang tua. Tetapi, tanpa sadar, orang tua kerap melakukan kekerasan emosional pada anak.
Kata-kata yang diucapkan orang tua, apalagi diucapkan terus-menerus, pada akhirnya dapat memberikan luka batin atau luka emosional pada anak yang dapat berdampak pada anak di masa depan. Berikut adalah daftar beberapa hal yang termasuk dalam pelecehan emosional pada anak :
- Membandingkan anak dengan orang lain
Jika kamu membandingkan anak kamu dengan anak sahabat kamu, anak kamu tidak akan dapat melihat citra diri sendiri dan akan merasa seperti pecundang. Selain itu, favoritisme di antara saudara kandung, juga dapat mengarah pada persaingan yang tidak perlu di antara mereka. Salah satu dari mereka akan merasa tidak dicintai sementara yang lain harus menanggung beban sebagai “anak ideal” dan akan melakukan segala sesuatu dengan cara terbaik untuk menjaga posisinya. Menurut penelitian, jika kamu lebih menyukai satu anak daripada yang lain, hal itu akan menyebabkan lebih banyak gejala depresi saat mereka dewasa.
- Menyangkal perasaan anak
Mainan anak yang rusak mungkin tampak tidak penting jika dibandingkan dengan biaya tagihan kamu setiap bulan. Tetapi bukan berarti seorang anak tidak berhak untuk merasa emosional atas mainan yang rusak. Ketika mainan anak rusak, dan kamu memarahi mereka karena mereka merengek, maka anak-anak kamu telah belajar untuk menekan kegembiraan, kesedihan, atau kemarahan mereka dan tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak dapat mengekspresikan diri atau membangun hubungan yang stabil dengan orang lain. Menurut penelitian ini, sulit bagi anak untuk menahan emosi yang kuat di masa depan, yang dapat menyebabkan depresi dan kecemasan saat mereka dewasa.
- Mencintai anak dengan syarat
Jika kamu sering menuntut kesempurnaan dalam tugas-tugas yang dijalankan anak, dengan alasan ingin mendorong anak kamu dan memotivasi mereka, maka kamu keliru. Meskipun “motivasi” dan “dorongan” yang ingin kamu berikan, tapi bisa jadi yang didengar anak kamu adalah: “Aku hanya akan mencintaimu jika kamu melakukan segalanya dengan benar, dengan sempurna. Kamu tidak layak dicintai tanpa pencapaian”. Motivasi yang seperti itu hanya menunjukkan bahwa kamu memiliki tuntutan yang berlebihan dalam hal kinerja.
- Meragukan kemampuan anak
Semakin kamu menunjukkan ketidakmampuan anak, maka semakin tinggi kemungkinan mereka untuk menyerah. Ungkapan seperti, “Kenapa kamu selalu dapat nilai jelek di matematika?” dari orang tua akan membuat anak kehilangan kepercayaan diri, yang akan berujung pada depresi dan kecemasan saat mereka beranjak dewasa.
- Membuat anak merasa berhutang sesuatu kepada orang tua
Tentu, kamu mungkin telah mengorbankan banyak hal karena kamu memilih untuk memiliki dan membesarkan anak. Tapi, memiliki anak dan merawat anak adalah pilihanmu. Jangan alihkan tanggung jawab atas risiko tersebut kepada mereka. Mereka tidak perlu merasa bersalah karena keputusan kamu untuk memiliki dan merawat mereka. Dalam beberapa kasus hal itu dapat menyebabkan rasa bersalah patologis yang pada gilirannya dapat berdampak pada berbagai neurosis termasuk gangguan obsesif-kompulsif.
Baca Juga :
https://www.tampilcantik.com/hati-hati-7-cara-menggendong-ini-bisa-berbahaya-bagi-kesehatan-anak/
https://www.tampilcantik.com/5-alasan-mengapa-anak-sulung-layak-dihormati/
Facebook Comments