Menjadi seseorang yang perfeksionis sering kali dianggap hal positif. Orang yang beranggapan demikian mungkin berpikir bahwa seorang perfeksionis memiliki standar tinggi, pekerja keras, dan selalu berjuang untuk lebih unggul.
Padahal, kenyataannya, ada dua jenis perfeksionis. Ada yang positif, ada pula yang negatif. Perfeksionis positif berorientasi pada pencapaian dan ingin sukses, sementara perfeksionis negatif berorientasi pada kegagalan dan tidak ingin kalah dari orang lain.
Berikut beberapa alasan mengapa terlalu perfeksionis (perfeksionis negatif) dapat menghancurkan hidup kamu:
- Bersikeras semuanya sempurna
Seorang yang perfeksionis selalu ingin orang lain melihat mereka sebagai orang yang sempurna. Mereka tidak ingin orang memandang rendah mereka. Masalah atau kesulitan apa pun yang mungkin mereka alami, tidak akan terlihat oleh orang lain. Masalah itu akan dipendam dalam-dalam, agar orang lain tidak melihat kehidupan mereka yang tak sempurna. Orientasi hidup mereka adalah membuat orang lain berpikir bahwa hidup mereka indah dan tak bercela.
- Berharap yang tidak realistis
Definisi “sempurna” bagi seorang perfeksionis adalah “sempurna” bagi orang lain. Mereka cenderung fokus pada apa yang akan dikatakan orang tentang pekerjaan mereka, proyek mereka, atau bahkan tujuan mereka. Terkadang, hal ini membuat mereka lupa pada usaha yang mereka lakukan. Akibanya, tanpa melihat kemampuan, mereka menetapkan harapan yang tidak realistis.
- Menunda-nunda dan menghindari tantangan
Orang yang perfeksionis sering memberikan tekanan besar pada diri mereka sendiri. Tekanan ini membuat ketakutan mereka akan kegagalan jadi makin tinggi, bahkan sampai pada titik di mana mereka justru tidak segera memulai sesuatu karena takut yang dilakukan akan gagal. Itulah yang membuat mereka menunda-nunda suatu pekerjaan yang menantang.
- Menyalahkan diri sendiri
Orang normal akan belajar dari kesalahan dan menerima dengan lapang dada jika ada hal-hal tak terduga yang membuat rencana bubar. Ketika masalah muncul, orang normal akan melihatnya sebagai kesempatan untuk belajar dan memperbaiki diri.
Tapi, seorang perfeksionis tidak demikian. Mereka terlalu takut membuat kesalahan, sehingga ketika mereka berbuat salah, akan sulit bagi mereka untuk memaafkan diri sendiri. Mereka akan mulai mengkritik diri mereka sendiri karena kesalahan tersebut dan menjadi stres karenanya.
- Memiliki suara batin yang mengganggu
Suara di dalam kepala seorang perfeksionis, sering kali sangat keras dan kritis, sehingga suara ini sangat mengganggu hidupnya. Suara dalam kepala itu terus-menerus memberi tahu bahwa mereka tidak cukup baik untuk melakukan sesuatu.
Kita tahu bahwa berurusan dengan orang yang suka mengkritik dapat menguras tenaga dan membuat mood kita jadi buruk. Tapi, masalah akan lebih parah ketika orang itu adalah diri kita sendiri.
- Tidak mengakui keberhasilan
Orang perfeksionis cenderung tidak mengakui kemenangan atau keberhasilan mereka. Mengapa demikian? Karena mereka percaya bahwa mereka bisa melakukan lebih baik. Mereka juga terus fokus pada kekurangan dan kesalahan, sehingga cenderung menemukan masalah bahkan ketika mereka telah mencapai hasil yang diinginkan. Tidak ada rasa gembira atau puas setelah mereka berhasil melakukan sesuatu.
- Bersikap defensif saat menerima kritikan
Mereka akan menyerang balik jika ada seseorang yang mengkritik perbuatan atau hasil kerja mereka. Biasanya, orang yang perfeksionis akan menyaring komentar dan pujian positif, dan hanya mendengarkan feedback kritis yang sesuai dengan tujuan mereka. Jika tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, maka mereka akan menyerang balik dengan mengkritik orang lain.
Baca Juga :
REVIEW: Purbasari Pore Perfecting BB Cushion
REVIEW: L’Oreal UV Perfect Super Aqua Essence
REVIEW: Laneige Perfect Renew Trial Kit
Facebook Comments