Tahukah kamu? Hampir 50% orang dari seluruh orang di dunia menderita sakit kepala. Coba kamu ingat-ingat, berapa kali dalam sebulan, kamu mengalami sakit kepala?
Dalam artikel ini, kamu akan menemukan beberapa penyebab sakit kepala yang tidak biasa. Kamu bahkan tidak akan menduganya. Yuk, simak daftarnya :
- Kekurangan sinar matahari dan Vitamin D
Menurut penelitian di University of Eastern Finland, kekurangan vitamin D meningkatkan risiko sakit kepala kronis.
Para ilmuwan menganalisis kadar Vitamin D serum pada 2.600 orang. Orang dengan kadar Vitamin D serum terendah cenderung mengalami sakit kepala kronis. Sakit kepala kronis juga lebih sering dialami oleh pria yang memiliki tingkat radiasi matahari lebih rendah.
- Cahaya yang terlalu terang
Orang yang mengalami sakit kepala sering kali berusaha menghindari cahaya terang dan menghabiskan lebih banyak waktu di ruangan gelap. Studi di Beth Israel Medical Center mengidentifikasi hubungan baru antara neuron di mata dan neuron di otak yang mengontrol suasana hati kita dalam parameter fisik seperti detak jantung, sesak napas, kelelahan, dan mual.
Selain fakta bahwa cahaya terang bisa menjadi penyebab sakit kepala, hal itu membuat pasien mengalami gangguan kecemasan, mudah marah dan mudah putus asa.
- Guntur dan Kilat
Ilmuwan dari Universitas Cincinnati menggunakan model matematika untuk menentukan apakah petir bisa menjadi penyebab meningkatnya frekuensi sakit kepala, atau apakah hal itu dapat dikaitkan dengan faktor cuaca lainnya.
Hasilnya menunjukkan, terdapat peningkatan sebanyak 19% risiko sakit kepala pada saat terjadi petir, bahkan setelah memperhitungkan faktor cuaca. Ini menunjukkan bahwa petir memiliki efek uniknya sendiri bagi orang-orang, tergantung kerentanan mereka terhadap sakit kepala.
Geoffrey Martin menunjukkan bahwa terdapat mekanisme pasti, di mana petir dan faktor meteorologi seperti kelembaban dan tekanan barometrik, memicu sakit kepala yang tidak diketahui penyebabnya.
- Depresi dan Gangguan Kecemasan
Sebanyak 588 pasien yang mengalami sakit kepala mengambil bagian dalam penelitian yang dilakukan di National Defense Medical Center di Taiwan.
Dalam kebanyakan kasus, kecemasan, depresi, dan tidur yang tidak sehat adalah penyebab utama sakit kepala. Tampaknya, faktor-faktor seperti tekanan emosional dan frekuensi sakit kepala, bisa saling mempengaruhi.
Fu-Chi Yang, penulis penelitian ini, mencatat, hasil tersebut berpotensi menunjukkan bahwa perawatan medis yang memadai dapat menurunkan frekuensi sakit kepala. Hal tersebut dapat mengurangi risiko depresi dan kecemasan pada pasien migrain.
- Obesitas
Studi di Universitas Johns Hopkins menegaskan bahwa obesitas memiliki hubungan dengan sakit kepala secara umum, migrain secara khusus, serta kondisi sakit kepala sekunder tertentu seperti hipertensi intrakranial idiopatik.
Selain itu, karena kelebihan berat badan, migrain paling sering terjadi pada orang usia reproduksi. Semakin tinggi indeks massa tubuh, semakin besar kemungkinan sakit kepala periodik menjadi sakit kepala kronis.
Jika kamu mengalami sakit kepala karena obesitas, lakukan aktivitas fisik dan turunkan berat badan untuk membantu mengurangi frekuensi nyeri di kepala.
- Cuaca Dingin
Ilmuwan dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology mencatat bahwa adaptasi manusia terhadap suhu dingin dapat berkontribusi pada sakit kepala. Studi ini melihat bagaimana tekanan evolusi masa lalu dapat memengaruhi fenotipe masa kini di lingkungan yang dingin.
Suhu yang rendah bisa menyebabkan kejang pada pembuluh otak dan hal itu mempengaruhi proses peredaran darah. Di lingkungan yang dingin, kadar oksigen dalam darah manusia akan menurun. Itulah sebabnya orang bisa mengalami sakit kepala atau migrain.
Baca Juga ;:
Sering Sakit Kepala, Kelelahan dan Insomnia? Mulailah Mengonsumsi Makanan Berikut Ini
8 Teknik Pijat Untuk Menghilangkan Sakit Kepala
Waspada Mata Tegang dan Sakit Kepala Selama Self Quarantine COVID-19
Facebook Comments