Keluarga adalah bagian terpenting dalam hidup. Dengan adanya keluarga, seorang mempunyai support system yang dapat diandalkan dan tumbuh berkembang di dalamnya. Namun, tidak semua orang beruntung tumbuh dalam lingkungan ‘keluarga cemara’. Beberapa orang harus sabar hidup bersama keluarga yang toxic, di mana dinamika keluarga berubah menjadi permainan yang memutarbalikkan dengan alur cerita yang berkisar dari tidak mendukung hingga mengendalikan dan, terkadang, benar-benar kasar.
Satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari siklus ini terletak pada penetapan batas-batas. Menetapkan batasan dalam rumah tangga di Indonesia di mana sesuatu seperti mengunci pintu kamar tidur Anda dapat dipertanyakan atau dilihat sebagai tindakan tidak sopan berarti mengarahkan respons internal dan eksternal yang menyertainya. Saat menangani perilaku toxic, penting untuk diingat bahwa validitas perasaan dan pengalaman Anda tidak boleh dipertanyakan. Hal yang paling penting adalah menentukan apakah orang lain akan memahami perasaan Anda – jika tidak, mungkin tidak aman untuk mengungkapkan kerentanan Anda kepada mereka.
Ketika keadaan menjadi tidak tertahankan, muncul pertanyaan: Apakah memutuskan hubungan dengan anggota keluarga yang toxic merupakan langkah penting demi kesejahteraan kita sendiri? Meskipun tidak diragukan lagi ini merupakan salah satu pilihan terberat yang harus diambil, penting untuk melihat pemutusan hubungan sebagai tindakan pelestarian dan perlindungan diri. Hal ini adalah cara menghargai diri sendiri dan memprioritaskan kebahagiaan Anda di atas orang-orang yang telah menyakiti dan menganiaya Anda.
Bagi sebagian orang, penyembuhan tampak seperti mendapatkan kembali suara dan individualitas mereka. Bagi yang lain, ini mungkin terlihat seperti melepaskan pola yang menyenangkan orang lain dan belajar untuk mengambil ruang. Dengan dukungan, kita dapat memahami pola dan kondisi yang diciptakan oleh keracunan dalam keluarga dan mempelajari cara hidup yang lebih disukai.
Selanjutnya, temukan lima langkah untuk menetapkan batasan yang sehat dengan anggota keluarga.
- Dengarkan Tubuh Anda
Luangkan waktu sejenak untuk mengakui emosi yang muncul saat Anda berpikir untuk menetapkan batasan. Apakah karena ketakutan akan kemungkinan reaksi dari anggota keluarga Anda? Apakah salah karena tidak memenuhi harapan masyarakat sebagai putra atau putri yang berbakti? Apakah kemarahan karena merasa tidak didengarkan atau tidak dihargai? Emosi-emosi ini berfungsi sebagai pembawa pesan yang berharga, yang menunjukkan area-area di mana batasan diperlukan.
- Persiapkan diri
Anda akan melakukan sesuatu yang pasti akan mengguncang keadaan, jadi bersiaplah untuk keributan dan ketidakpuasan awal. Menetapkan batasan itu sulit, tetapi lebih sulit mengkompromikan perasaan diri Anda.
- Waktunya Tepat
Kekuatan bahasa dan waktu tidak bisa disepelekan. Meskipun batasan yang keras dan dingin mungkin tampak jelas, namun hal tersebut mungkin tidak memberikan hasil yang diinginkan. Sebaliknya, cobalah menambahkan sentuhan ringan pada ketegasan Anda, sambil menikmati secangkir chai yang nyaman.
- Tawarkan Alternatif
Meskipun batasan adalah tentang mengomunikasikan batasan, menawarkan alternatif dapat sangat membantu dalam menjaga hubungan. Misalnya saja, jika ibu mertuamu selalu tiba-tiba berkunjung ke rumahmu, gantilah kalimat “Kamu datang tanpa pemberitahuan itu merepotkan bagiku” dengan “Hai Bu, aku senang kamu ingin menghabiskan waktu bersamaku. Bagaimana kalau meneleponku satu hari sebelumnya agar aku siap menerimamu?”
- Dapatkan Dukungan
Memiliki sekutu tepercaya di sisi Anda dapat membuat perbedaan besar dalam menetapkan dan mempertahankan batasan yang sehat. Hubungi saudara kandung, sepupu, atau kerabat tepercaya yang dapat memberikan kekuatan dan penguatan hanya dengan berada di sana.
Baca Juga :
Efek Toxic Relationship dan Cara Memperbaikinya
<strong>8 Relationship Goals Yang Harus Diperjuangkan Setiap Pasangan</strong>
<strong>Ketahui Kelebihan dan Kekurangan Open Relationship</strong>
Facebook Comments