Dewasa ini, mungkin sulit menentukan kapan kamu telah melampaui ambang mental dan emosional. Kamu pasti pernah merasa bahwa semua orang yang kamu kenal tampak hebat dengan hidup mereka — berolahraga, berdiet, menikah, wisuda, memancarkan senyum indah di Instagram, dll. Melihat orang yang “memiliki semuanya” dapat mempersulit kita untuk mengakui, atau bahkan mengidentifikasi, masalah kesehatan mental yang mungkin kita miliki.

Menurut sebuah studi tahun 2011, satu dari lima orang menderita penyakit mental, seperti depresi, gangguan bipolar atau kecemasan. Kemungkinan besar kamu memiliki teman dan anggota keluarga yang berjuang secara diam-diam untuk mengobati mental illness. Mungkin kamu juga demikian.

Mulailah untuk berbicara dari hati ke hati dengan seseorang yang kamu kenal dan kamu percaya, lalu bagikan kisahmu. Mungkin ini tidak hanya membantumu, tapi juga memancing kawan atau keluargamu untuk ikut membuka diri. Jika kamu memerlukan icebreaker untuk memulai percakapan tentang kesehatan mental, berikut adalah lima mitos tentang depresi, kecemasan dan gangguan lainnya :

  1. Mitos: Penyakit Mental adalah Penyakit Seumur Hidup

Hanya karena kamu menerima diagnosis bukan berarti kamu harus melabeli diri kamu seperti itu, kata Jesse Hanson, seorang psikoterapis Toronto. Hanson, yang memiliki latar belakang dalam ilmu saraf, menyarankan kita bekerja untuk memperlakukan diagnosis sebagai sekelompok gejala, seperti perubahan suasana hati yang ekstrem yang menjadi ciri khas gangguan bipolar. Hal yang sama berlaku dengan stres berlebihan atau gangguan kecemasan.

  • Mitos: Adrenal Fatigue Isn’t Real

Kamu mungkin pernah mendengar tentang kortisol — hormon stres yang dikeluarkan saat kita mengalami stres dan yang menyebabkan kita menambah berat badan di sekitar perut kita. “Adrenal fatigue (kelelahan adrenal) adalah nyata,” kata Hanson. “Ketika seseorang telah beroperasi dalam tujuan seperti itu, pergi, jalan terus sepanjang waktu, kelenjar adrenalin (yang melepaskan dan mengatur hormon stres) menjadi usang. Regulasi kortisol tidak akan terjadi secara seimbang dan orang tersebut akan memiliki respons stres yang ekstrem seperti serangan panik, detak jantung meningkat, pikiran bergejolak, dll. — semua hal ini terhubung.

  • Mitos: Satu-Satunya Cara untuk Meningkatkan Kadar Serotonin adalah dengan Pengobatan

Obat-obatan resep sering berhasil untuk menyeimbangkan tingkat neurotransmitter kita atau serotonin, untuk membantu mengobati penyakit mental. Tetapi, kadar serotonin kita dapat dipengaruhi oleh aktivitas kita sehari-hari. Serotonin ada hubungannya dengan istirahat dan relaksasi yang memenangkan. Perhatian dan resolusi trauma telah terbukti secara klinis meningkatkan serotonin. Jangan selalu mengandalkan obat.

  • Mitos: Terapi bicara adalah pilihan terbaik dalam hal perawatan kesehatan mental

Ketika kita berpikir tentang mengobati depresi atau kegelisahan, pikiran kita dapat melompat ke konsultasi dengan psikolog. Banyak terapis atau psikolog yang menyamaratakan metode penanganan dengan cara berbicara dengan pasien dengan durasi yang ditentukan. Padahal, masing-masing kasus memiliki penanganan yang berbeda-beda.

Sampai saat ini banyak yang masih beranggapan bahwa penyakit mental itu tabu, penyakit mental berarti gila, dsb. Padahal, semua orang bisa mengalaminya. Perhatikanlah dirimu sendiri dan jangan ragu untuk meminta bantuan ketika kamu merasa mengalami gangguan-gangguan seperti depresi maupun kecemasan lainnya.

Baca Juga :

https://www.tampilcantik.com/tips-untuk-meningkatkan-kondisi-dan-kesehatan-mental-kamu/

https://www.tampilcantik.com/cinta-bertepuk-sebelah-tangan-artinya-kamu-mental-baja-banget/

https://www.tampilcantik.com/pigmentasi-pada-kulit-tidak-akan-pernah-datang-lagi-jika-kamu-menggunakan-minyak-jarak-ini/

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like

Protein Kedelai Vs. Protein Whey: Kelebihan dan Kekurangan 

Siapa pun yang tertarik dengan kebugaran pasti pernah