Bukanlah rahasia bahwa pindah – pindahan rumah sebagai anak kecil tidaklah menyenangkan (membuat teman baru di sekolah tidaklah mudah), tetapi menurut sebuah studi terbaru dari the American Journal of Preventive Medicine, pindah rumah bisa memiliki efek yang lebih serius terhadap anak kecil lebih dari yang kita kira.
Studinya, yang mengikuti sekitar 1,5 juta anak berkebangsaan Denmark mulai dari umur 15 tahun hingga awal 40an mereka, menemukan bahwa mereka yang sering pindah rumah ketika kecil memiliki potensi lebih tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri, kekerasan, tindakan criminal, penyakit mental dan lainnya. Karena Denmark melacak segala perubahan dalam populasinya, Denmark menjadi satu – satunya negara yang paling mungkin dijadikan subjek dari investigasi ini.
Memang tidak mengejutkan bahwa anak yang sering relokasi ketika kecilnya, risiko yang terjadi pada anak tersebut pun menjadi lebih tinggi. Selain itu, mereka yang dalam umur 12 – 14 tahun merupakan korban terbesar. Tetapi menariknya, relokasi tidaklah memberi efek perubahan terhadap status ekonomi. Jadi, walau terlepas dari kemungkinan finansial yang buruk, perilaku anak ke depannya masih lebih berisiko.
Tentunya, beberapa keluarga memang harus melakukan relokasi (seperti mereka yang berada di ikatan militer atau mereka yang memiliki masalah dengan ekonomi mereka), tetapi lebih penting lagi untuk memastikan kesehatan anak tetap terjaga. Para dokter dibalik studi menyarankan untuk melakukan monitor terhadap kesehatan psikis anak dengan koordinasi dengan pelayanan kesehatan dan social, sekolah dan pelayanan public lainnya.
Facebook Comments